Gerak Osilasi
Gerak osilasi merupakan gerakan yang berulang dari suatu benda, dimana setelah menempuh selang waktu tertentu benda tersebut akan kembali ke posisi kesetimbangannya (Serwey dan Jawett, 2004). Posisi kesetimbangan suatu benda adalah posisi dimana benda tersebut dalam keadaan diam yaitu total gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Jika benda dijauhkan dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan, maka akan timbul suatu gaya atau torsi untuk menarik benda tersebut kembali ke posisi setimbangnya (Young dan Freedman,2002).
Gerak osilasi merupakan salah satu kajian dalam fisika yang aplikasinya sangat banyak dalam kehidupan nyata. Akan tetapi gerak osilasi yang sering dikaji adalah gerak osilasi secara terpisah, misalnya gerak osilasi bandul dan gerak osilasi pegas. Pada penelitian ini akan dilakukan kajian gerak osilasi dengan menggabungkan dua buah sistem, yaitu pegas dan bandul dalam satu sistem atau gerak osilasi pasangan antara pegas dan bandul.
Gerak osilasi berpasang antara pegas dan bandul ini diaplikasikan pada mesin mobil, yaitu sebagai penghambat gerak Timing Belt. Sehingga waktu buka tutup katup tidak saling berbenturan dengan posisi gerak piston didalam mesin. Pada penelitian ini akan ditentukan secara teoritik rumusan periode dari gerak osilasi pasangan antara pegas dan bandul. Rumusan yang diperoleh akan diuji kesesuaiannya melalui eksperimen dari alat osilasi pasangan pegas bandul yang telah dibuat.
Pengamatan Antariksa dari Belahan Bumi Selatan
Teknologi dewasa ini telah mencapai era yang disebut dengan “space age” yaitu ketika pengembangan keilmuan ditujukan untuk mempelajari segala sesuatu tentang Bumi, Tata Surya dan alam semesta (NASA, 2013). Penelitian astronomi modern saat ini, telah dimanfaatkan untuk mendukung berbagai bidang aplikasi, di antaranya adalah komunikasi (Ai et al., 2008), cuaca dan iklim (Cooke, 2012; Georgieva, 2005), serta energi dan industri (Rosenberg et al., 2014).
Untuk mendukung penelitian dan pemanfaatan semacam ini, diperlukan fasilitas observatorium
astronomi yang memadai. Dari keseluruhan jumlah observatorium astronomi di dunia, hanya ~10% yang berada di Belahan Bumi Selatan (BBS) (ESO, 2009), padahal di langit selatan terdapat obyek-obyek yang unik dan penting bagi penelitian astronomi modern (Stobie, 1995). Oleh karena itu, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan fasilitas pendidikan dan penelitian tentang space-based sciences di wilayah BBS dan Indonesia khususnya, akan dibangun Lampung Astronomical Observatory – Earth and Space Sciences Education Center (LAO- ESSEC) di Provinsi Lampung, Indonesia.
Selain survei dan pengukuran parameter astronomi, elemen penting pada tahap pembangunan observatorium astronomi adalah deskripsi karakteristik parameter meterologi, salah satunya adalah curah hujan (Jabiri et al., 2000). Sebagai bagian dari kajian kelayakan wilayah pembangunan observatorium, penelitian ini membahas parameter curah hujan jangka panjang di daerah LAO dan pengaruh aktivitas Matahari terhadapnya. Aktivitas Matahari berpengaruh terhadap variabilitas iklim di Bumi, diantaranya memodulasi pengaruh El Nino Southern Oscillation (ENSO) (Zhou et al., 2013), temperatur (Solheim et al., 2012), curah hujan (Reddy et al., 1988), sistem iklim serta parameter stroposfer-stratosfer (Tsiropoula, 2002).
Pengaruh radiasi dan aktivitas Matahari di Benua Maritim Indonesia (BMI) sendiri sebelumnya telah dilakukan oleh Yamanaka (2016), Sinambela et al.
(2008), Rusnadi dan Sinambela (2008) untuk skala waktu musiman, dan Djamaluddin (2003). Namun pada penelitian kali ini, pembahasan difokuskan pada curah hujan di wilayah Sumatera bagian selatan sebagai lokasi pembangunan observatorium.