Waspada Bahaya Styrofoam Untuk Kesehatan dan Lingkungan

Penggunaan kantong plastik dan kemasan styrofoam sudah menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Kelebihannya yaitu ringan dan kuat membuat keduanya mudah digunakan. Namun, pemakaian yang berlebihan menyebabkan masalah lingkungan. Sampah kantong plastik memerlukan puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai secara alami. Walau begitu, penggunaan kantong plastik masih sangat umum dan populer di kalangan pedagang karena harganya yang murah dan mudah didapat. Ini menyebabkan kantong plastik menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah di Indonesia.

Salah satu jenis wadah makanan yang paling umum saat ini adalah styrofoam. Styrofoam memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dapat didaur ulang, praktis, dan murah. Namun, ternyata styrofoam bisa dikatakan sebagai sampah abadi yang sangat sulit untuk terurai oleh tanah.

Styrofoam sendiri terbuat dari material expanded polystyrene yang bisa menimbulkan bahaya karena zat yang terkandung didalamnya. Styrofoam masuk kedalam kategori sampah plastik yang mengandung zat berbahaya, seperti benzene dan styrene. Hal ini dijelaskan oleh salah satu dosen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Enri Damanhuri, dalam wawancaranya dengan BBC Indonesia.

 

“Dalam proses pembuatan styrofoam, zat chlorofluorocarbon atau CFC terlibat. Zat itu berbahaya bagi lingkungan. Setelah jadi pun, styrofoam tidak bisa terurai. Ini tambah masalah lagi,” katanya.

Sementara itu, dilansir dari Instagram Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500 – 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Namun, styrofoam tersebut tidak sepenuhnya terurai, melainkan berubah menjadi mikroplastik yang dapat mencemari lingkungan.

 

Menurut BBC Indonesia, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pernah mengeluarkan larangan penggunaan styrofoam. Meskipun harganya murah, styrofoam memiliki dampak yang sangat signifikan, terutama bagi kesehatan dan lingkungan.

 

“Kenapa styrofoam populer? Karena harganya murah, hanya Rp 250. Sekarang saatnya mengubah kebiasaan penggunaan styrofoam karena berbahaya bagi kesehatan, tidak bisa terurai di lingkungan, dan menjadi sumber banjir yang ternyata penyebabnya sampah plastik dan styrofoam,” kata Kang Emil.

 

Bahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian di 18 kota utama Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 270.000 hingga 590.000 ton sampah masuk ke laut Indonesia pada tahun 2018. Dari jumlah sampah tersebut, didominasi oleh styrofoam.

Styrofoam, yang terbuat dari plastik polystyrene, juga sering digunakan sebagai kemasan makanan. Walau harganya murah dan praktis, penggunaan ini memiliki dampak buruk pada kesehatan. Kontaminasi makanan dapat terjadi karena pemakaian styrofoam yang tidak bijak, misalnya menyimpan makanan atau minuman yang terlalu panas. Pada suhu tinggi, styrofoam dapat melepaskan toksin styrene yang dapat membahayakan kesehatan manusia seperti menyebabkan kanker. Menurut WHO, styrofoam mengandung benzene dan styrene yang dapat membahayakan kesehatan.

Pak Ashari salahsatu pengelola Catering terbaik Surabaya mengatakan “LImbah dan bahan berbahaya yang terkandung dalam Styrofoam tentu tidak dapat dianggap remeh, Apalagi untuk jasa FnB dan catering. Jangan hanya karena murah dan lebih praktis menjadikan kita tidak peduli dengan lingkungan dan kesehatan konsumen yang membeli product kita. Maka dari itu kami dan jajaran para staff selalu menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya untuk semua product kami, khususnya pada menu nasi kotak ataupun paket nasi kuning Surabaya yang identic dengan kemasan box’’

 

Untuk itu, tujuan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat adalah memberikan edukasi tentang penggunaan kantong plastik dan kemasan styrofoam secara bijak karena keduanya dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan.